Powered By Blogger

Kamis, 12 April 2012

Agama Islam Sebagai Realitas Sempurna Agama Islam Sebagai Realitas Sempurna


Agama Islam Sebagai Realitas Sempurna
Agama Islam Sebagai Realitas Sempurna

Yang utama harus dipahami adalah apa yang dimaksud dengan realitas daripada Islam, bagaimana cara-cara mencapai realitas tersebut dan apa hasil yang didapat dengan mengikuti realitas demikian karena pengetahuan mengenai hal ini merupakan inti pokok guna memahami berbagai mistri. Alangkah baiknya jika para lawan kita mau mempelajari masalah ini dengan tekun karena berbagai keraguan yang menerpa pikiran mereka adalah akibat dari kegagalan mereka mencerna secara sempurna realitas Islam, sumber-sumbernya dan buahnya. Para lawan agama kita juga akan memperoleh manfaat dari telaah demikian. Mereka akan bisa memahami apa yang dimaksud dengan agama dan apa yang menjadi tanda-tanda kebenarannya.
Dalam istilah bahasa Arab, kata Islam mengandung arti uang yang dibayarkan untuk menyelesaikan suatu perjanjian, atau menyerahkan urusan kepada seseorang, atau mencari kedamaian, atau menyerah mengenai suatu hal atau pandangan. Pengertian tehnikal daripada Islam dikemukakan dalam ayat:

“Yang benar, barangsiapa menyerahkan dirinya kepada Allah dan juga ia berbuat kebajikan, maka bagi ia ada ganjarannya di sisi Tuhan-nya. Dan tak akan ada ketakutan menimpa mereka mengenai yang akan datang dan tidak pula mereka akan berdukacita mengenai apa yang sudah lampau”. (S.2 Al-Baqarah:113).
Dengan demikian Islam berarti seseorang yang menyerahkan diri sepenuhnya di jalan Allah yang Maha Kuasa, yaitu orang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah yang Maha Perkasa dalam mengikuti petunjuk-Nya dan berusaha mencari keridhoan-Nya, lalu bersiteguh melakukan amal baik demi Allah s.w.t.dan mengerahkan seluruh kemampuan dirinya untuk tujuan tersebut. Dengan kata lain ia menjadi milik Allah sepenuhnya, baik secara aqidah mau pun pelaksanaannya.
Menjadi milik Allah secara aqidah mengandung arti bahwa seseorang meyakini kalau dirinya diciptakan sebagai makhluk yang mengakui Allah yang Maha Kuasa, kepatuhan kepada-Nya serta mencari kasih dan keridhoan-Nya. Menjadi milik Allah dalam pelaksanaan bermakna melakukan segala sesuatu yang baik dengan segala kemampuannya secara rajin dan penuh perhatian seolah-olah melihat wujud yang Maha Terkasih di dalam cermin keitaatannya. (Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 57-58, London, 1984).
* * *
Realitas daripada Islam adalah seperti menyerahkan leher kita kepada Allah s.w.t. sebagaimana seekor domba kurban, meninggalkan semua keinginan diri sendiri dan mengabdi sepenuhnya kepada keinginan dan keridhoan Allah, melenyapkan diri di dalam Tuhan dan seolah memfanakan dirinya sendiri, menjadi diwarnai dengan kasih Allah serta taat penuh kepada-Nya semata-mata karena mengharapkan Kasih-Nya, memperoleh mata yang bisa melihat melalui Dia dan mendapatkan telinga yang bisa mendengar semata-mata melalui Wujud-Nya, menyempurnakan hati yang sepenuhnya diabdikan kepada-Nya, dan mendapat lidah yang bicara semata-mata berdasar perintah-Nya. Ini adalah tingkatan dimana semua kegiatan pencaharian telah berakhir, kemampuan manusia telah menyelesaikan semua fungsi-fungsinya dan ego manusia menjadi mati sama sekali. Pada saat itu barulah rahmat Ilahi akan memberikan kepada si pencari itu hidup yang baru melalui kata-kata-Nya yang hidup dan Nur-Nya yang bercahaya. Ia itu akan memperoleh kehormatan berkomunikasi dengan Allah s.w.t. dan sebuah Nur yang indah yang tidak bisa dikenali melalui penalaran biasa serta tidak dikenal oleh mata manusia, akan masuk ke dalam hatinya sebagaimana firman Allah:

“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (S.50 Qaf:17).
Melalui cara demikian, Allah mengaruniakan kedekatan Wujud-Nya kepada manusia. Kemudian datang saatnya dimana kebutaan yang bersangkutan diangkat dan matanya diberi wawasan mendalam dimana manusia akan melihat Tuhan-nya dengan mata yang baru, mendengar suara-Nya serta merasa dirinya diselaputi jubah Nur-Nya. Dengan cara demikian itulah tujuan daripada agama tercapai dan setelah bertemu dengan Tuhan-nya maka manusia akan membuang baju kotor dari kehidupan rendahnya dan mengenakan jubah Nur serta menanti penampilan daripada Allah dan surga, tidak semata-mata sebagai janji yang akan dipenuhi di akhirat, tetapi dalam kehidupan sekarang pun ia sudah akan memperoleh karunia pemandangan, komunikasi dan surga itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan Allah s.w.t. bahwa:

“Adapun orang-orang yang berkata: “Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka bersiteguh, malaikat-malaikat turun kepada mereka sambil meyakinkan mereka: "Janganlah kamu takut dan jangan pula berduka cita, dan bergembiralah atas khabar suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu” (S.41 Fushshilat:31).
Hal ini berarti bahwa para malaikat akan turun kepada mereka yang menyatakan bahwa Tuhan mereka adalah yang Maha Esa yang memiliki semua sifat sempurna, yang tidak mempunyai sekutu dalam Wujud maupun Sifat-sifat-Nya, dimana setelah mengikrarkan demikian mereka lalu bersiteguh sehingga tidak ada yang namanya gempa bumi, bencana atau pun ancaman kematian bisa menggoyang keimanan mereka. Allah s.w.t. berbicara dengan mereka dan meyakinkan mereka agar tidak perlu merasa takut atas segala bencana atau musuh serta jangan merasa sedih atas segala kesialan mereka di masa lalu. Dia meyakinkan mereka bahwa Dia ada beserta mereka dan bahwa Dia telah mengaruniakan kepada mereka surga di dunia ini juga sebagaimana dijanjikan dimana mereka bisa bergembira di dalamnya.
Ini adalah janji yang sekarang ini pun telah dipenuhi. Banyak kesaksian dari ribuan orang dalam Islam yang rendah hati yang telah menikmati surga keruhanian sebagaimana dijanjikan dalam firman tersebut. Para penganut Islam yang benar oleh Allah yang Maha Kuasa telah dijadikan pewaris dari para muttaqi terdahulu dan mereka memperoleh karunia sama seperti yang telah diterima para pendahulunya itu.
(Khutbah Lahore, Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904: sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 160-161, London, 1984).
* * *
Seseorang dikatakan Muslim jika seluruh wujudnya beserta seluruh kemampuannya, baik jasmani maupun ruhani, diabdikan seluruhnya kepada Allah yang Maha Agung dan amanah yang ditugaskan oleh yang Maha Agung dilaksanakan olehnya demi atas nama yang Maha Memberi. Ia itu harus memperlihatkan ke-Muslimannya tidak saja secara aqidah tetapi juga dalam amal perbuatan. Dengan kata lain, seorang yang mengaku sebagai Muslim harus membuktikan bahwa tangan dan kaki, hati dan pikiran, penalaran dan pemahaman, kemarahan dan kasih, kelembutan dan pengetahuan, semua kemampuan jasmani dan ruhani, kehormatan dan harta bendanya, kesenangan dan kesukaan serta apa pun yang berkaitan dengan dirinya dari puncak kepala sampai ke alas kakinya, berikut dengan segala motivasi dirinya, segala ketakutan, segala nafsu, telah dibaktikan kepada Allah yang Maha Perkasa sebagaimana anggota tubuhnya sendiri berbakti kepada dirinya.

Harus dibuktikan bahwa ketulusannya telah mencapai suatu tingkatan dimana apa pun yang menjadi miliknya bukan lagi haknya tetapi menjadi milik Allah yang Maha Agung, dan bahwa semua anggota tubuh serta kemampuan dirinya telah demikian diabdikan kepada pelayanan Allah s.w.t. seolah-olah semuanya itu menjadi anggota tubuh Ilahi. Renungan atas ayat-ayat tersebut (S.2 Al-BAqarah:113) menunjukkan secara jelas bahwa mengabdi¬kan hidup seseorang kepada pengkhidmatan Allah s.w.t., yang merupakan inti pokok daripada agama Islam, mengandung dua aspek. Pertama, bahwa Allah yang Maha Kuasa harus menjadi tumpuan kepercayaan dan sasaran yang haqiqi serta yang terkasih, dan bahwa tidak ada satu pun yang disekutukan dalam penyembahan Wujud-Nya, kecintaan kepada-Nya serta harapan kepada-Nya. Semua firman, batasan, larangan serta ketentuan-Nya harus diterima dengan kerendahan hati. Semua kebenaran dan pemahaman yang menjadi sarana untuk menghargai kekuasaan-Nya yang Maha Besar serta untuk meneliti keagungan luas kerajaan dan kekuasaan-Nya yang menjadi petunjuk untuk mengenali karunia dan rahmat-Nya, juga harus ditegakkan.
Aspek kedua dari pengabdian diri kepada pengkhidmatan Allah yang Maha Kuasa adalah dengan mengabdikan dirinya kepada mengkhidmati makhluk ciptaan-Nya, mengasihi mereka, berbagi beban dan kesedihan mereka. Selayaknya ia bersusahpayah untuk memberikan kesenangan kepada mereka dan mengalami kesedihan untuk bisa memberikan penghiburan.
Dari sini terlihat bahwa yang namanya realitas Islam itu adalah sesuatu yang amat luhur dimana tidak ada seorang pun bisa benar-benar mengaku Muslim sampai ia itu menyerahkan seluruh wujud dirinya kepada Allah s.w.t. berikut dengan segala kemampuan, nafsu, keinginan dan sampai ia mulai menapaki jalan itu sambil menarik diri sepenuhnya dari ego dan sifat-sifat ikutannya. Seseorang disebut Muslim sejati hanya jika kehidupannya yang semula tidak mengindahkan apa pun, telah mengalami revolusi total dan kecenderungan kepada dosa berikut semua nafsu ikutannya, telah dihapus sama sekali, dimana ia memperoleh kehidupan baru yang dicirikan oleh tindakannya yang hanya melaksanakan perintah Allah, dan terdiri semata-mata dari kepatuhan kepada sang Maha Pencipta serta kasih kepada makhluk ciptaan-Nya.

Kepatuhan kepada sang Maha Pencipta mengandung arti bahwa untuk memanifestasikan kehormatan-Nya, Keagungan dan Ke-Esaan-Nya, seseorang harus siap menghadapi segala bentuk perendahan dan penghinaan, dan ia harus siap mati beribu kali agar bisa menegakkan Ketauhidan Tuhan. Tangan yang satu harus siap memotong tangan yang lain dengan senang hati semata-mata demi ketaatan kepada-Nya dan kecintaan kepada keagungan Firman-Nya serta haus mencahari keridhoan-Nya dimana hal itu menjadikan dosa sebagai suatu yang sangat dibenci seperti api yang menghanguskan atau racun yang mematikan atau petir yang menghancurkan, sehingga seseorang harus melarikan diri menjauhi dengan sekuat tenaganya. Demi memperoleh keridhoan-Nya, kita harus membawahkan semua nafsu ego kita. Untuk menciptakan hubungan dengan Wujud-Nya, kita harus siap memasuki semua bentuk mara bahaya dan untuk membuktikan hubungan demikian, selayaknya kita memutuskan hubungan dengan yang lainnya.
Berkhidmat kepada sesama makhluk mengandung arti bahwa kita harus berupaya demi kemaslahatan mereka dalam segala kebutuhan mereka semata-mata karena Allah dimana hubungan saling ketergantungan satu sama lain semata-mata didasarkan pada simpati tanpa pamrih. Siapa pun yang membutuhkan pertolongan harus dibantu dengan segala kemampuan pemberian Tuhan yang dimilikinya dan harus berupaya untuk perbaikannya baik di dunia mau pun di akhirat. (Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 59-62, London, 1984).
* * *

Jumat, 15 Oktober 2010

Kisah Renungan, kejujuran Seorang Hamba

Assalamualaikum... Selamat Pagi sahabat-sahabatku yang baik, Akhirnya dapat inspirasi juga untuk posting hari ini, cerita kali ini seru loh, cerita tentang seorang hamba sahaya yang sangat jujur, namanya Mubarok, Pernah dengar? ane rasa sobat belum pernah dengar khan, hehehai.. nah Mw tau kisah si mubarok seorang budak yang memiliki kejujuran dan pemikiran jitu? jangan bosen-bosen baca cerita dibawah ini ya.. + jangan lupa tahan nafas dan baca bismillah..:D

Alkisah hiduplah seorang seorang budak yang bernama Mubarok, Menurut suatu riwayat ia pernah bekerja di sebuah kebun milik seorang majikan. Ia tinggal di sana beberapa lama. Kemudian suatu ketika majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar kaya dari Hamdzan- datang kepadanya dan mengatakan, "Hai Mubarok, aku ingin satu buah delima yang manis."

Dengan sigap si budak yang bernama Mubarok pun bergegas menuju salah satu pohon dan mengambilkan delima yang diminta. Majikan tadi lantas memecahnya, ternyata ia mendapati rasanya masih asam. Ia pun marah kepada Mubarok sambil mengatakan, "Aku minta yang manis malah kau beri yang masih asam! Cepat ambilkan yang manis!"

Ia pun beranjak dan memetiknya dari pohon yang lain. Setelah dipecah oleh sang majikan; sama, ia mendapati rasanya masih asam. Kontan, majikannya semakin naik pitam. Ia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, majikannya mencicipinya lagi. Ternyata, masih juga yang asam rasanya. Setelah itu, majikannya bertanya, "Kamu ini apa tidak tahu; mana yang manis mana yang asam?"

Mubarok dengan tenang menjawab. "Tidak." Tuanku

"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Sebab aku tidak pernah makan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui (kehalalan)nya."

"Kenapa engkau tidak mau memakannya?" tanya majikannya lagi.

"Karena anda belum mengijinkan aku untuk makan dari kebun ini." Jawab Mubarok. Pemilik kebun tadi menjadi terheran-heran dengan jawabannya itu ..

Tatkala ia tahu akan kejujuran budaknya ini, Mubarok menjadi besar dalam pandangan matanya, dan bertambah pula nilai orang ini di sisi dia. Kebetulan majikan tadi mempunyai seorang anak perempuan yang banyak dilamar oleh orang. Ia mengatakan, “Wahai Mubarok, menurutmu siapa yang pantas memperistri putriku ini?"

"Dulu orang-orang jahiliyah menikahkan putri- putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan karena harta, sementara orang Nashrani menikahkan karena keelokan paras. Dan umat ini menikahkan karena agama." Jawab Mubarok.

Sang majikan kembali dibuat takjub dengan pemikirannya jitunya ini. Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu isterinya, katanya, "Menurutku, tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita ini selain Mubarok."

Mubarok pun kemudian menikahinya dan mertuanya memberinya harta yang cukup melimpah. Di kemudian hari, isteri Mubarok ini melahirkan Abdullah bin al-Mubarok; Seorang alim, Pakar hadits, Zuhud sekaligus mujahid. Yang merupakan hasil pernikahan terbaik dari pasangan orang tua kala itu. Sampai-sampai Al-Fudhoil bin 'Iyadh Rohimahullah mengatakan -seraya bersumpah dalam perkataannya-, "Demi pemilik Ka'bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang semisal dengan Ibnu al-Mubarok.

Tapi apa yang terjadi pada hari ini, kecurangan dan penipuan sudah semakin banyak terjadi dalam kehidupan sebagian orang. Sangat jarang kita temukan orang jujur lagi dipercaya dalam menunaikan amanah serta yang jauh dari sifat curang dan penipu.

Inilah kisah singkat sarat makna yang dapat kita petik hikmahnya, adapun hikmah dari cerita diatas adalah mari bersama-sama berkata jujur walaupun itu pahit, karna sekali kita bohong selamanya dampak kebohongan itu memberikan pengaruh yang sangat-sangat jelex dalam kehidupan kita, nah gmna klo bohong demi kebenaran seperti ulah nabi Ibrahim ketika ditanya " Hei Ibrohim ente ya yang menghancurkan patung2 ini, eee malah nabi Ibrahim dengan tenang mengatakan ... Coba tanya saja sama patung yang paling besar tu, kali aja dia yang mengahncurkan patung patung lain... Gmna sob? kalau ane setuju aje hehehe...

Khalil Philobus: Misionaris Koptik Yg Melafzkan Syahadat


Al-Haj - Ibrahim Khalil Ahmad, sebelum muslim beliau di panggil dengan nama Ibrahim Philobus, Ia kenal dengan seorang misionaris pendeta koptik yang berbakat dan belajar Islam demi menemukan kesalahan. Namun hidayah datang kepada siapa yang Allah SWT kehendaki dan beliaulah salah satu orang tersebut. Adapun penyebab keislamannya adalah untaian ayat Al-quran sebagai berikut:


"Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.

Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS 59:21)"

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani...karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri, (QS 5:82)

"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui: seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (QS 5:83)

Nah, tatkala mendengar ayat ini Ibrahim Khalil pun merenungkan lebih dalam akan makna ayat-ayat tersebut, sampai pada akhirnya ia yakin bahwa Islam adalah agama yang benar dan tiada keraguan di dalamnya, cobaan pun datang silih berganti karna beliau memeluk ISlam, Beliau kehilangan pekerjaan, sampai pada akhirnya ia bertemu dengan seorang guru besar Islam dihormati, Muhammad Abdul Moneim Al Jamal yang pada akhirnya membantunya mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Alat Administrasi Standar di Kairo.

Pada bulan Januari 1960, Ibrahim pun resmi memeluk Islam.

Ketika beliau ditanya tentang apa yang begitu menarik beliau saat pertama kali memeluk Islam, beliau lantas menjawab, Islam adalah agama yang mempunyai metode pengampunan dosa yang sangat bijak dan hubungan seorang hamba dan tuhannya adalah hubungan langsung, maksudnya tidak ada perantara yang membuat ragu dalam diri kita, Tuhan dalam Islam hanya satu, seorang hanya menghamba padanya dan tidak akan pernah seorang yang memiliki pemahaman utuh dalam Islam menghambah kepada sesama makhluk.

Inilah seklumit kisah tentang Islamnya misionaris koptik, semoga dengan kisah ini setiap muslim sadar bahwa memeluk Islam bukan karna orang tua yg melahirkan kita atau lingkungan yg mendidik kita akan tetapi setiap muslim harus berfikir bahwa setiap muslim memeluk Islam karna kita memiliki dasar yg kuat dan keyakinan yang mantap dengan menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.

Kisah Hikmah: Nasihat Nabi Idris yang jitu


Kali ini ane akan memceritakan kisah teladan yang bisa kita jadikan contoh dari pedoman hidup nabi Allah Idris A.S. Perlu kita ketahui bersama bahwa nabi Idris Alaihi salam adalah keturunan keenam Nabi Adam, putera dari Yazid bin Mihla'iel bin Qoinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S dan dia adalah keturunan pertama yang dikurniakan kenabian setelah Adam dan Syith.

Menurut Riwayat, nabi Idris A.S bermukim di Mesir. Disanalah beliau berdakwah menyebarkan Agama Allah dan mengajarkan tauhid serta menyembah tuhan yang Esa Allah SWT.Ada pun yang paling menarik dari nabi yang satu ini adalah Pedoman hidupnya yang ia Ajarkan kepada pengikut- pengikutnya agar mereka dapat menyelamatkan diri dari siksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. beliau hidup sampai berusia 82 tahun.




Diantara nasehat-nasehat yang perlu kita ketahui adalah sebagai berikut:

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah memebawa kemenangan, karna itu mari sama sama kita sabar menghadapi segala rintangan hidup ini, yakinlah bahwa ketika seseorang memiliki iman dalam hatinya dan tetap sabar inya Allah pertolongan Allah SWT akan semakin dekat kepadanya.

2. Orang yang bahagia adalah orang yang merendah diri dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya. Kadang kala seorang merasa paling baik dan sangat perfect didunia ini. Sehingga ia merasa bahwa hidup harus dinikmati sepuas-puasnya tanpa memikirkan akibat yang didapat dari perbuatannya, karna itu, Alangkah baiknya jika setiap orang tidak menyombongkan diri dengan ilmu yg ia dapat dan berdoa kepada Allah SWT agar Ilmunya berkah.

3. Bila kamu memohon sesuatu daripada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula puasa dan sembahnyangmu. Sangat jelas bahwa sang pencipta tidak menginginkan kuantitas alam seseorang tanpa didasari keikhlasan dalam hatinya. Karna itu beribadalah semampu sobat-sobat semua secara continue.

4. Janganlah bersumpah dengan keadaan kamu berdusta, dan janganlah menuntut sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.

5. Taatlah kepada pemimpin-pemimpinmu, dan bersyukurlah kepada Allah SWT atas nikmat yang ia berikan kepadamu

6. Janganlah iri terhadap orang yang selalu bernasib baik dan bergelimang harta karna Dunia hanyalah sementara

7. Dan Barang siapa yang menolak hidup dalam kesederhanaan, maka dia tidak akan pernah puas dalam dalam hidupnya

8. Jika kamu diberi nikmat oleh Allah SWT maka bersyukurlah, Bersyukur dengan memberikan saudara-saudaramu yang sangat membutuhkan.

Sekian kisah nabi Idris dan Pedoman hidupnya, semoga kisah singakat ini dapat kita ambil hikmahnya. Thanks sobat sobat semua yang udah membaca tulisan singkat ini.

Orang yang di rindukan Nabi Muhammad

Assalamualaikum dan selamat Pagi sobat-sobat semua... ini ada renungan sedikit yang saya ambil dari forum di internet, mungkin sebagian kwan-kawan udah pada tahu tentang ini, dan yang sudah tahu mudah mudahan bisa memberikan semangat kembali untuk lebih baik dalam menjalani perintah Allah.

Sebagai org yg sangat merindukan Rasulullah saw.... Tentunya kita semua sangat ingin bertemu dengan beliau... Bahkan mungkin....saudara2 sekalian pernah berfikir 'kenapa aq g' hidup d zaman Rasulullah aja sih?' dan jujur saja...saya pernah berfikis sperti itu...
Tetapi...stelah membaca membaca cerita ini, saya jamin...saudara/i skalian pasti bersyukur di lahirkan d zaman ini...^^
Selamat membaca...

suatu ketika setelah sholat subuh Rasulullah berbalik badan menghadap kepada para sahabatnya dan beliau
bertanya : "tahukah kalian siapakah yang imannya paling menakjubkan?" maka para sahabat menjawab : "para malaikat" Rasul menjawab : "bagaimana mungkin para malaikat tidak beriman sedangkan mereka melihat kekuasaan Allah secara langsung..." lalu sahabat menjawab lagi : "kalau begitu yang imannya paling menakjubkan adalah para nabi dan Rasul" Rasul menjawab : "bagaimana mungkin para nabi dan rasul
tidak beriman sedangkan wahyu Allah turun atas mereka..." maka para sahabat menjawab lagi : "jika begitu yang imannya paling menakjubkan adalah sahabat2 para nabi dan rasul" Rasul menjawab : "bagaimana
mungkin para sahabat nabi tidak beriman sedangkan nabi berada ditengah2 mereka dan
mereka melihat mukjizat2:"

maka sahabat bertanya : "kalau begitu siapakah yang imannya palin menakjubkan Wahai Rasulullah" Maka Rasulullah menjawab "yang imannya paling menakjubkan adalah orang2 yang datang setelah kalian... mereka tidak pernah melihatku tetapi mereka percaya kepada apa yang aku bawa, mereka tidak pernah berjumpa denganku tetapi mereka menerimaku, mereka tidak pernah berbicara denganku tetapi mereka membelaku sebagaimana kalian membelaku... mereka hanya menemukan tulisan dan mereka beriman kepada tulisan itu.. Sungguh aku rindu kepada saudara2ku itu"

Rahasia Khusyuk Dalam Sembahyang


Ada sebuah cerita menarik tentang seorang ahli ibadah yang bernama Isam bin Yusuf, Isam bin Yusuf termasuk orang yang wara dan sangat menjaga ibadahnya, sehingga dia sangat khawatir jika solatnya tidak khusyuk dan berusaha untuk mencari tips agar solat semakin hari semakin baik. Sampailah beliau bertemu dengan orang alim yang bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?"


Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin." Isam bertanya, "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?"
Lantas Hatim berkata, "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :


1. Bertaubat Sungguh-Sungguh
2. Menyesali Segala dosa yang dilakukan
3. Tidak tergila-gilakan dunia
4. Tidak mencari / mengharap pujian orang (riya')
5. Tinggalkan sifat berbangga
6. Tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. Meninggalkan sifat dengki

Setelah menjelaskan tujuh perkara itu hatim pun berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahawa aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahawa solatku kali ini adalah solat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun."
Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Cerita Mekah


Masjid Nabawi waktu malam.

Jabal Uhud

Tanah perkuburan Baqi'


Jabal Rahmah


Amacam ok? Baru-baru ni rasa best pulak baca rencana 'Seksanya' mahu mengucup Hajarul Aswad, jadi copy paste je lah kat bawah tu:

**********************************************************

SEKSANYA MAHU MENGUCUP HAJAR ASWAD

HAMPIR sejuta jemaah haji dari seluruh dunia kini berada di tanah suci Mekah sementara menunggu hari wukuf yang dijangka jatuh pada 26 November ini.
Walaupun jemaah yang tiba belum sampai separuh daripada jumlah keseluruhan yang dijangka mengerjakan haji tahun ini iaitu 2.5 juta orang tetapi kehadiran mereka sudah memadai untuk menyebabkan keadaan sesak di sekitar Masjidil Haram apalagi di sekitar Kaabah dan laluan sa'i.
Semasa saya mula menjejakkan kaki di kota suci ini pada 16 Oktober lalu selepas melalui penerbangan kira-kira lapan jam dari Lapangan Terbang Kuala Lumpur (KLIA), keadaan di sekitar Masjidil Haram dan Kaabah masih belum ramai jemaah dari luar. Sebahagian besarnya warga tempatan yang melakukan ibadat umrah.

Dan ketika itu juga saya dan rakan-rakan wartawan tidak menghadapi banyak halangan dari segi pergerakan termasuk sewaktu melakukan tawaf keliling Kaabah, bersa'i sehingga selesai bertahallul. Hanya ketika itu peluang yang ada tidak digunakan sepenuhnya kerana terlupa untuk mengucup Hajarul Aswad yang terletak di satu penjuru Kaabah dan berdekatan dengan Makam Nabi Ibrahim a.s.
Setelah dua hari di Mekah, saya bertolak ke Madinah dan menginap di kota suci itu selama lapan hari sebelum balik semula untuk bertugas sambil beribadat di Mekah. Dalam perjalanan dari Madinah ke Mekah yang jaraknya kira-kira 468 kilometer, saya sempatlah membaca buku mengenai Mekah yang dibeli di Madinah termasuk kisah di sebalik Hajarul Aswad dan kenapa para jemaah haji atau umrah sanggup berebut-rebut mahu mengucupnya.
Dengan azam membara, saya dan rakan-rakan dari pasukan media Tabung Haji memasang tekad untuk mengucup batu tersebut. Tapi sayang, keadaan di sekitar Kaabah sudah jauh berbeza. Jumlah jemaah haji sudah terlalu ramai sehingga mencecah puluhan ribu terutama dari India, Pakistan, Bangladesh, Indonesia dan Thailand selain warga Arab.
Pada cubaan pertama untuk mengucup Hajarul Aswad, saya terpaksa mengalah setelah melihat aksi kasar ratusan jemaah yang saling berasak-asak dan tarik-menarik dalam usaha mereka itu. Dalam tempoh seminggu, tiga kali cubaan saya mengucup Hajarul Aswad tetapi semuanya tidak berhasil kerana berusaha mengelak dari menyakiti jemaah lain hanya mahu mengucup Hajarul Aswad di depan Kaabah dan di dalam kawasan Masjidil Haram pula. Jemaah dari sesetengah negara nampaknya tidak peduli semua itu. Mereka kelihatan amat agresif.
Hari-hari berikutnya, jumlah jemaah haji meningkat kepada ratusan ribu. Umat Islam dari negara-negara Afrika dan Turki mula mendatangi Mekah. Melihat perebutan mencium Hajarul Aswad semakin sengit, peluang saya terlalu tipis dan mustahil boleh berbuat demikian apalagi bila jumlah jemaah haji meningkat lebih 2.5 juta.
Namun apabila saya memikirkan kedatangan saya di sini selain untuk menunaikan Rukun Islam kelima, saya juga adalah wartawan yang tugasnya untuk melapor, saya memberanikan diri agar pengalaman dilalui dapat dikongsi bersama dengan rakyat Malaysia. Bagaimanapun saya tetap berhati-hati dalam menghadapi risiko walaupun masih trauma apabila mengingatkan detik-detik cemas nyawa hampir melayang akibat tersalah perkiraan ketika memberanikan diri memasuki sempadan Afghanistan ketika tentera sekutu diketuai Amerika Syarikat menyerang negara itu pada tahun 2001 dulu.
Berbalik kepada Hajarul Aswad, benar kata orang, doa di tanah suci cepat dimakbulkan Tuhan. Jika empat percubaan sebelum ini saya tidak berdoa, pada percubaan kali kelima, saya memohon pertolongan daripada Allah agar dipermudahkan usaha mengucup Hajarul Aswad tanpa menyakiti sesiapa selepas solat sunat hajat dua rakaat.
Sambil membaca zikir, saya memulakan langkah dengan beratur mengikut barisan seperti diarahkan oleh polis. Pada minit pertama, barisan berjalan agak lancar tetapi kemudiannya berlaku tolak-menolak dan asakkan dari pelbagai penjuru sehingga polis pun sukar untuk mengawal.
Jika sebelum ini saya terpaksa 'bertarung hebat' dengan jemaah India dan Pakistan, kali ini cabarannya lebih sengit dan ganas berbanding empat percubaan awal saya dulu kerana kali ini melibatkan jemaah dari Afrika.
Dalam pertarungan sengit itu, ada jemaah mengasak kuat sehingga muka saya tepat mencium ketiak Pak Arab yang memakai pakaian ihram. Selepas itu tubuh saya yang tidak berapa berat itu dan Pak Arab yang berada di hadapan saya tertolak rapat ke kain dinding Kaabah sehingga saya dalam keadaan terlalulah sukar untuk bernafas.
Seorang lelaki India kemudian bertempik kuat, ''Sabar, sabar...' berulang-ulang kali setelah melihat keadaan makin tidak terkawal. Kali ini saya memperkuatkan suara dengan berdoa agar Tuhan memudahkan usaha saya kali ini.
Doa saya kali ini memang dimakbulkan. Tidak semena-mena laluan saya menghampiri Hajarul Aswad semakin mudah apabila orang di belakang menolak, manakala orang di hadapan seperti memberi ruang. Akhirnya selepas berhempas pulas selama kira-kira 15 minit, saya akhirnya dapat juga mencium Hajarul Aswad.
Yang peliknya, selepas saya mengucup batu hitam itu secepat yang mungkin dan mahu beredar bagi memberi peluang kepada jemaah lain, ada pula tangan memegang bahagian belakang kepala saya dan menekannya dengan kuat seperti memaksa-maksa saya supaya mengucup lagi Hajarul Aswad.
Bagaimanapun saya tidak berkesempatan berdoa ketika mengucup Hajarul Aswad dan sekadar mengucapkan 'Alhamdulillah'. Perasaan ketika itu sukar digambarkan dengan kata-kata kerana terlalu gembira dan bersyukur. Bersyukur kerana dalam cubaan kelima itu, saya tidak menyakiti mana-mana jemaah seperti doa saya kepada Tuhan.
Merasai pengalaman itu, saya mula memahami kenapa ramai jemaah dari sesetengah negara sanggup berebut-rebut mahu mengucup Hajarul Aswad dan pada masa yang sama tidak ramai pula jemaah dari negara-negara lain termasuk Malaysia dan Indonesia mahu mengambil risiko berbuat demikian.
Mungkin salah satu sebab kenapa para jemaah terlalu ghairah berebut-rebut mahu mengucup Hajarul Aswad kerana kepuasan tidak terkata jika berhasil berbuat demikian. Selain itu, Hajarul Aswad dikatakan diturunkan dari syurga.
Pegawai agama Bahagian Bimbingan Tabung Haji di Mekah, Drs. Sapawi Che Mat ketika mengulas tindakan mengucup Hajarul Aswad secara keterlaluan berkata, kedatangan seseorang jemaah haji adalah untuk mendekatkan diri dengan Allah dan memohon agar segala dosa diampunkan.
Menurut beliau, apa gunanya dapat mengucup Hajarul Aswad jika dalam usaha mereka itu telah menyakiti pihak lain.
''Jika mereka benar-benar percaya Hajarul Aswad adalah batu dari syurga, bagaimana pula kita mahu memasuki syurga jika segala perbuatan kita di depan Kaabah telah menyakiti jemaah lain," tegasnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, Hajarul Aswad diturunkan dari syurga, warnanya lebih putih dari susu dan dosa-dosa anak-anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.
Semasa Nabi Muhammad menjadi orang tengah untuk memindahkan Hajarul Aswad ke kedudukannya sekarang, baginda telah mencium batu itu seperti dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya - sehingga Hajarul Aswad dikatakan menjadi tempat bertemunya bibir para nabi dan orang-orang soleh sepanjang sejarah.
Di samping itu, Hajarul Aswad menjadi tempat permulaan dan berakhirnya tawaf keliling Kaabah semasa mengerjakan haji atau umrah, sekaligus tempat mustajab untuk doa dimakbulkan.
Keistimewaan lain batu syurga itu adalah pada hari Kiamat kelak, Hajarul Aswad akan memberi kesaksian bagi orang-orang yang menyalaminya (memberi salam atau mengucup) dengan kebenaran.
Seperti diriwayatkan oleh Tirmidzi bahawa Nabi Muhammad bersabda, Demi Allah, Dia akan mengutusnya pada hari Kiamat kelak, dengan dua matanya ia akan melihat dan dengan lidahnya ia memberi kesaksian atas siapa yang menyalaminya dengan kebenaran.
Ibnu Abbas mengingatkan bahawa bertakbir dan tidak menyakiti saudara muslim lain adalah lebih baik daripada berusaha secara keterlaluan dalam mencium atau mengucup Hajarul Aswad.
Selain dari Hajarul Aswad, bahagian lain di Kaabah yang menjadi sasaran para jemaah haji adalah Multazam yang terletak antara Hajarul Aswad dengan pintu Kaabah.
Multazam ialah tempat dikabulkannya doa dan di kawasan sempit itu disunnahkan untuk berdoa. Tidak hairanlah Multazam adalah antara kawasan paling sukar untuk dimasuki kerana terlalu ramainya orang menunggu giliran untuk berdoa.
Itulah sedikit sebanyak kisah mengenai tanah suci Mekah yang sejak dulu hingga sekarang terus didatangi oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia.